Selasa, 24 Maret 2020

PEMBELAJARAN JARAK JAUH 2

Masih dampak dari COVID-19 dan kita masih akan bicara tentang pembelajaran jarak jauh.

Jika kemarin konteks pembelajaran jarak jauh dengan saya berperan sebagai guru, maka sekarang akan menggunakan sudut pandang saya sebagai orang tua.

Ya, saya juga orang tua yang punya anak usia sekolah 3 orang. Jadi, ketika PJJ diterapkan maka sayapun punya peran untuk mendampingi ke-3 puteri saya itu. sebab bagaimanapun mereka masih level atau jenjang sekolah dasar..bahkan yang ketiga masih PAUD. so, yaa... amat sangat butuh pendampingan guru. daaan.. ketika PJJ diterapkan jangan bayangkan keribetannya. Bukan karena kita sebagai orang tua gak sabaran sebetulnya, tapi karena anak memang benar-benar menjadi dirinya sendiri ketika di rumah. Maka apapun yang mereka rasakan; rasa malas, jenuh, kesulitan akan mereka ungkapkan apa adanya.. berbeda situasinya dengan di sekolah. anak-anak memiliki rasa tahu diri untuk mengikuti aturan sosial, jadi ya... tentu lebih mudah mengaturnya, apalagi berjama'ah bersama yang lain... selain gak ada pilihan untuk mengelak tentu motivasi juga menular. 

Bukan bermaksud mengeluh sebetulnya, PJJ bisa berjalan baik dan kondusif seandainya kita sebagai orang tua juga diberi keleluasaan untuk mengatur jadwal sendiri. Kebayang kan kalau anak harus ikut jadwal di sekolah? sekalipun saya cuma mendampingi 3 anak, ibaratnya saya mengajar di 3 kelas sekaligus. So? yaaaa... kayaknya emang perlu komunikasi baik2 dengan pihak sekolah untuk pengaturan lebih efektif. beda halnya dengan anak usia menengah atau bahkan mahasiswa. PJJ sih gak masalah, mereka udah bisa mengatur sendiri waktu, pengerjaan dan pelaporannya.

Tapi, saya tetap berusaha untuk tetap semangat... sekalipun anak2 mulai menurun motivasinya. Bagaimanapun mereka harus tetap belajar bertanggung jawab. yaa itung2 belajar home schooling, sembari sayanya juga jadi guru bagi siswa2 lain di tempat berbeda :)

PEMBELAJARAN JARAK JAUH; DAMPAK PANDEMI CORONA

Bolos posting lagi gegara harus memposting di blog yang kontennya materi belajar jarak jauh. Ya, ini masih tentang pandemi corona virus. Sebagaimana saya sampaikan sebelumnya, bahwa sejak senin lalu sekolah di Kabupaten Bandung -dan juga zona merah lainnya- memberlakukan social distancing; yang artinya para siswa harus stay at home. 

Nah, diam di rumah itu tentu bukan untuk liburan, tetapi sebagai ikhtiar untuk memperlambat dan meminimalisir pandemi. Jadi, segala kewajiban KBM tetap dilaksanakan. Oleh karena itu, saya sebagai guru harus menyiapkan media agar dapat berkomunikasi dengan siswa dalam sebuah Pembelajaran Jarak Jauh. Jadilah setiap hari mengisi konten blog tentang materi yang saya ampu.

Lantas, bagaimana efektifitas dari pembelajaran jarak jauh ini?

tadi pagi, saya baru aja diskusi dengan suami tentang KBM jarak jauh atau yang dikenal dengan moda daring. 

Bagi saya pribadi, alhamdulillah situasi mendesak ini jadi mendesak saya untuk juga mengasah kemampuan di bidang media, terutama ngeblog. kenapa blog? padahal room untuk belajar sudah buanyak sekali; edmodo, google classroom dsb. Semua aplikasi itu bagus banget memang. Saya dulu pernah menjadi user dan membuka kelas via aplikasi itu, tapi sekarang rasanya memang lagi pengen mengasah kemampuan ngeblog. why? satu; memang suka yang beda, dua karena pernah denger di berita ada guru yang berpenghasilan 70 juta rupiah perbulan dari blog. hehe. yaaa setidaknya ini kesempatan untuk mengasahnya. gitchuuu.

Terus gimana efektif gak?

menyoal pada efektifitas, saya pikir moda daring ini belum siap secara optimal dilaksanakan, mengingat kesiapan para siswa dan orang tua di rumah juga beragam. Kesiapan dalam hal alat misalnya. Beberapa siswa yang saya ampu ada yang belum memiliki HP, padahal yang namanya belajar jarak jauh ya butuh media HP. Jadi, kalaupun sang siswa mengikuti KBM...ia terlambat mengikuti pada jam yang sudah ditentukan.

Ok, kalaupun misalnya dengan durasi yang berbeda pada akhirnya siswa mengikuti... masih banyak sekali ruang kosong yang tidak terisi jika KBM dilaksanakan secara tatap muka. Hal-hal berikut ini harus kita pikirkan betul-betul supaya efektifitas moda daring tidak terlalu senjang dengan tatap muka:

1. Motivasi; motivasi itu seperti transfer ruh, dan ia mudah menular. Dengan tatap muka seorang guru bisa menlihat seperti apa kondisi awal kesiapan belajar siswa sehingga sebelum pembelajaran dimulai, ia bisa mengawali dengan hal-hal yang bisa membuat kondisi belajar menjadi kondusif
2. Kolaborasi; pesanan pendidikan karakter aspek ini jadi tidak bisa diraih dengan moda daring yang lebih benyak menyentuh sisi individu (lagi pula kan sedang social distancing)
3. Spiritual; ah rasa-rasanya yang ini juga sama. kuraaaang sentuhannya jika KBM moda daring. 

Nah... mudah-mudahan kekurangan itu bisa diatasi, setidaknya saya juga memikirkan bagaimana menyumpal bolong ini.

KBM jarak jauh memang ada juga kelebihannya. Saya tinggal menyiapkan satu bahan yang bisa diakses oleh semua kelas. untuk usia mahasiswa sih ok ok aja kayaknya.

'ala kulli hal... semoga Allah SWT melindungi kita semua sehingga segala aktifitas dapat normal kembali. Jikapun kita sudah saatnya kembali, semoga kembalinya kita tercatat sebagai syahid di jalan-Nya. aamiin

Senin, 16 Maret 2020

LOCKDOWN

Baru nyadar kalau kemarin gak posting, alhamdulillah hari sabtunya ada 2 postingan. jadi ya itung2 ada gantinya juga. hehe

terhitung hari ini di Kabupaten Bandung beserta kabupaten kota lain di Propinsi Jawa Barat dilakukan upaya lockdown, terutama di sekolah-sekolah yang notabene banyak berkerumun orang. ya..ini salah satu ikhtiar kita sebagai hamba Allah agar wabah segera berakhir tanpa harus ada banyak korban. semoga kita semua bisa melewati ini dengan baik.

dan.. dampaknya mulai terasa. Tadi pagi pas mau ke sekolah agak susah nyetop angkutan umum, gegara para siswa sudah mulai dikondisikan di rumah. Pas ke sekolah, suasana mulai terasa sendu. biasanya para siswa berselirewan sambil mengucapkan salam ... senyap terasa. Qadarullah wa maa Syaa Fa'ala. semua pasti ada hikmah yang besar di balik ini semua. 

Sabtu, 14 Maret 2020

Pandemi Corona 2

Edaran-edaran agar segala kegiatan massal ditiadakan dan sekolah dilaksanakan jarak jauh ini tentu ada dampak yang tidak sedikit. bukan sekedar bagi guru yang harus menyiapkan program belajar jarak jauh dan tetap hadir di sekolah tapi juga bagi para orang tua. bayangkan, jika kedua orang tua bekerja dan anak diharuskan belajar jarak jauh... maka tentu akan banyak penyesuaian untuk menyikapinya. belum lagi bagi mereka yang bekerja di bagian transportasi... matinya kegiatan akan berimbas kepada pendapatan. tetapi semua adalah takdir yang harus di jalani dan tentunya sebelumnya diterima dengan sepenuh hati, dengan penuh keyakinan bahwa kita semua milik Allah dan Allahlah sejatinya yang mengurus kita.

First, Bersikap tenang; yakin semua sudah tercatat di lauh mahfuzh
Kedua, ikuti semua prosedur (tawakal itu bukan konyol dan sompral)
Ketiga, tawakal ... pasrah kepada Allah


catatan:

di tengah pemulihan sakit saya... segala kegiatan yang saya biasa dihandle dan kemudian saya nyatakan mengundurkan diri darinya ternyata dengan pandemi ini memang off sementara. oh Rabb

PANDEMI CORONA

Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun

sudah sebulan lebih apa dua bulan lebih ya info terkait corona ini mulai merebak. Wabah yang semula muncul di Wuhan Tiongkok itu kini mulai melebar ke seluruh dunia. Ibadah umrah dibatalkan, berbagai kunjungan luar negeri dibatalkan dan kini di dalam negeripun ada imbasnya. Sudah mulai banyak pasien yang dinyatakan positif terinfeksi virus covid 19 itu.

Pelan-pelan beberapa pemimpin di berbagai propinsi dan kabupaten/kota menyatakan darurat pandemi virus yang satu ini. 4 hari yang lalu Pak Gubernur Jawa Barat juga menyampaikan isu darurat ini sehingga mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang melarang warga untuk bepergian dalam jumlah massal ke luar daerah, hampir bersamaan instruksinya dengan Pak Menteri Pendidikan, Nadiem Karim maka acara wisata ke Taman Safari di MI Darul Kirompun (tempat sekolah anak-anak kami) dipending untuk waktu yang tidak terbatas.

Hari ini, edaran baru datang lagi. kali ini dari Wali Kota Bandung juga Dinas Pendidikan Jabar terkait pandemi ini. KBM yang sejatinya dilaksanakan secara tatap muka sekarang selama 2 pekan ke depan harus dilaksanakan jarak jauh. Sementara itu di Kab. Bandung baru ada instruksi agar kegiatan massal dipending sementara, karena itu kegiatan lomba seperti Pentas PAI juga dipending. Pun, ada ancaman bagi sekolah yang melaksanakan studi wisata ke luar Kab. Bandung.

ada apa ini?

oh Tuhan, kami hanyalah sebutir debu yang tidak berarti. padahal sudah lama sekali kami jga diberi tahu bahwa kami akan kami, tapi tetap rasanya berbeda ketika hal itu terpapar nyata di hadapan. ampunilah dosa-dosa kami. selamatkanlah kami dari wabah ini. husnul khatimahkanlah akhir hayat kami. 


Jumat, 13 Maret 2020

HUNTING PESANTREN 2

HUNTING KE GONTOR ep. 1


Gontor, yaaa.. nama pondok yang satu ini pasti sudah gak asing di telinga kita. secara, banyak sekali lulusannya yang sudah terbukti sukses; Pak Hidayat Nur Wahid, Pak Miftah Basyuni, Pak Hasyim Muzadi, Pak Nurcholis Majid, Cak Nun adalah beberapa nama yang tentunya cukup berpengaruh di negeri ini... dan mereka adalah alumni Pondok Pesantren Gontor.

Dengan lulusan yang cukup banyak berpengaruh tentu menunjukkan mutu dari institusi yang mereka kenyam... maka tak heran jika dari tahun ke tahun pondok ini tak diragukan kapabilitasnya untuk melahiran kader-kader ilmuwan atau ulama.

saya sendiri mendengar nama pondok ini sudah sejak kecil, tapi memang gak pernah kepikiran untuk sekolah di sana. yaa, karena latar belakang kami dari sebuah ormas Islam, maka yang kepikiran ya sekolah di pondok pun dengan basis ormas yang sama. Dan lantas kemudian pemikiran saya pun berubah. sejak sekolah di pondok Darussalam Ciamis, saya melihat kekayaan khazanah Islam. bahwa kita semua sama, perbedaan yang ada tidak mengubah identitas sejati kita. dan, qadarullah, saya mendengar lagi nama Gontor dari lisan salah satu teman kuliah S2 yang anaknya mondok di sana eh dan ternyata SPP bulanannya murah pula, gak jauh bedalah dengan SPP yang saya bayarkan buat adik saya yang sedang sekolah itu. jadilah, saya tertarik untuk menyekolahkan adik saya di situ. maka, taraa... saat adik saya main ke Jogja, saya pun ajak dia main ke Gontor ditemani oleh teman saya yang mau nengokin anaknya di sana.

kami naik bus 2 kali dari Jogja menuju Gontor, saat itu yang kami kunjungi adalah Pondok Gontor Puteri 1 yang terletak di Mantingan, Jawa Timur. pas saya turun dari bis. waaaah takjub banget. besar sekali pondok ini. qadarullah saat itu kami sampai sore hari. kamipun mendaftar nama sebagai pengunjung santri. ternyata gak bisa sembarangan main ke sini. setiap yang berkunjung harus menunjukkan kartu identitas mahram dengan santri. alhamdulillah karena saat itu kami berangkat bersama teman yang notabene ortu santri jadilah urusan kami hunting pondok lancar.

setelah prosedur daftar nama, kami masuk ke sebuah ruangan di sana yang disediakan untuk menginap para ortu santri yang hendak menjenguk putera puterinya. oalah, ternyata banyaaak sekali yang menginap. jadi, di sana kami bersama yang lain menggelar kasur lipat. tempat mandi dan toilet juga disediakan pihak pondok. jadi, ya bagaimana tidak nyaman.. dengan fasilitas gratis seperti ini orang tua bisa sering-sering nengokin anaknya.

setelah magrib, barulah saya bertemu dengan ustadzah. dan MasyaAllah sosok ustadzah itu ternyata masih muda sekali. beliau adalah Mahasiswi alumni yang pengabdian di sana. tapi, sekalipun masih muda sosok wibawanya cukup diacungi jempol. beliau menceritakan bahwa prosedur pendaftaran di Gontor itu adalah mejadi capel atau calon pelajar dulu. oiya, di Gontor ini tahun ajarannya bukan diawali bulan Juni, melainkan Syawal. jadi, masa capel itu ya dalam rentang menunggu syawal. selama rentang itu santri dibekali ilmu... nah nanti sebelum syawal baru ada seleksi yang cukup sangat ketat... bahkan kita gak bisa milih kalaupun lulus ingin ditempatkan di mana. seleksi di Gontor dilaksanakan di pondok gontor 2 saat itu. nah, pasca seleksi akan diumumkan secara lisan santri-santri yang lulus beserta pondoknya; apakah di pondok gontor 1, 2, 3 dst. nanti bis sudah siap untuk mengantar santri2 itu. tapiiiii, ada juga utusan dari pondok alumni yang magang... yang siap menampung pendaftaran bagi mereka yang tidak lulus. oh, ada yang tidak lulus? bukan ada lagi... tapi banyaaaaak..


itulah pengalaman awal saya ke pondok Gontor.... bersambung ya...

Kamis, 12 Maret 2020

Hunting Pesantren

Hunting Pesantren 1



Sekolah adalah tempat di mana kita belajar untuk bisa menjadi manusia yang lebih baik. jadi, di sini kita tidak hanya belajar menuntut ilmu.. supaya tahu dan jadi pintar secara intelektual, tapi di sini kita juga belajar untuk tahu bagaimana memperbaiki diri, bagaimana menjadi manusia sejati itu. di sinilah kita bertemu dengan orang-orang yang akan menjadi figur bagaimana pribadi yang baik itu yang kita sebut dengan guru. ya... karena itulah saya berpikir bahwa memilih sekolah itu penting banget. tidak hanya karena jarak yang dekat, tapi karena benar-benar pilihan mantap. sebab sekolah adalah tempat dengan waktu yang cukup lama aktifitas durasinya dalam sehari, maka dengan siapa kita berinteraksi akan berperan banyak dalam membentuk siapa diri kita juga.


Nahhhh, berbekal pemikiran itu dan pengalaman pribadi juga, saya dan suami sepakat akan menyekolahkan anak-anak kami selepas usia baligh (alias di usia jenjang SMP) di lembaga pondok pesantren. why??? padahal jauh dari kita dong orang tuanya???

yupz, di pesantren berarti anak2 berpisah sama kita secara fisik. tapi di sinilah kami berikhtiar untuk memberikan yang terbaik buat mereka. selepas kami membimbing (meski ya, kami menyadari adanya ketidakoptimalan. semoga Allah mengampuni) mereka di usia dini. kami menyadari bahwa usia baligh adalah gerbang ketika mereka sudah sama levelnya dengan orang dewasa. jadi, ya harus sudah siap juga menjalani hidup. di usia ini, mereka juga cenderung lebih dekat dengan kehidupan sosialnya sendiri. jadi, ya perlahan memang mereka akan mencari sosok-sosok lain di luar kami. oleh karena itulah, kami berpikir bahwa pondok adalah pilihan tepat. kenapa?

pertama, orang-orang yang memasukkan anaknya ke pondok biasaya punya cita-cita yang sama, yakni...ingin anaknya ngerti agama dan mengamalkannya. maka kami berharap adanya frekuensi yang sama dalam harapan mudah-mudahan menjadi ikhtiar awal bahwa kami memilih bersama dengan ruh orang-orang yang ingin mendekat kepada Allah

kedua, di pondok ada sosok ulama yang biasanya terinternalisasi pada sosoknya representasi muslim yang baik. dalam hal ini kami menginginkan anak kami belajar pada sosok yang bisa diteladani, sebagaimana para salafusalih juga belajar pada guru berdasarkan pertimbangan yang sama

ketiga, di pondok buaaanyaaak sekali pembiasaan-pembiasaan dalam beribadah. nah, ini dia pertimbangan yang cukup substantif buat kami. dengan program yang cukup padat. kami berharap anak-anak kami dapat menjalani kehidupan secara efektif dan efisien. dengan antrian di kamar mandi dan seabreg agenda, kami berharap anak-anak kami dapat menjadi insan-insan yang dapat memenej waktu dengan baik. baik itu mengatur efisiensi juga mutu aktifitas yang tercover di dalamnya.  untuk yang satu ini terus terang kalau di rumah banyak kelemahannya. ya, bagaimanapun saya juga ikut bekerja di samping suami...dan kadang2 aktifitas kami dengan anak juga tidak beririsan. 

keempat, eittss jangan salah.. di pondok kita bisa belajar banyak hal. bukan hanya ilmu tentang tatacara ibadah dan ayat-ayat qauliyyah. kita juga belajar ayat-ayat kauniyyah. agak susah juga ngejelasin yang satu ini. di kita sudah terlanjur ada dikotomi ilmu, padahal sejatinya ilmu itu ya ilmu Allah dan ketika dipelajari semuanya harus berakhir pada ketauhidan. nah inilah plusnya pondok. apapun yang kita pelajari selalu berlandaskan nama Allah Yang Maha Mulia. saya tidak ingin mereka pintar tetapi jauh dari Allah. apa-apaan itu? bukannya hidup ini adalah ajang mengumpulkan bekal untuk akhirat?

kelima, tentu saja... anak-anak kami belajar mandiri di pondok. mereka belajar untuk menyiapkan perlengkapan sekolah sendiri, mengatur bekal sendiri dan kalau ada masalah... belajar mengatasinya juga. ah percayalah.... pelajaran hidup yang satu ini memang akan lebih mudah dijalani dalam keadaan terpaksa. 

yaa. demikianlah.... jadi berbasis empat pertimbangan itu kami mantap memilih pondok untuk tempat anak-anak kami menuntut ilmu. jadi, kadang-kadang cara kita menunjukkan rasa cinta kepada seseorang adalah dengan membiarkannya jauh dari kita... seperti melepas anak-anak untuk belajar di pondok ini. Allah Maha Tahu betapa kami mencintai anak-anak kamilah sehingga kami mengambil keputusan ini. sebagaimana halnya kami merasakan manfaat pondok seperti itulah kami menginginkan mereka merasakan hal yang sama. dan alhamdulillah karena kami membiasakan untuk bermusyawarah, anak-anak juga sudah punya pemikiran bahwa kelak mereka akan belajar di pondok bersama teman-temannya yang lain. karena itu... mulai usia 10 tahun kami mengenalkan mereka tentang berbagai pondok. kami mengajak mereka untuk hunting pondok pesantren.. memperlihatkan berbagai jenis karakter pondok... dan mereka sendiri yang menentukan pilihan.

So, Ayooo mondoooook

postingan berikutnya tentang pengalaman kami hunting ya...insyaallah




Rabu, 11 Maret 2020

ADA ORANG KEREN

ADA ORANG KEREN


ada orang keren, tapi dia gak mau dikenal. berkali-kali datang ke rumahnya pun dia mewanti-wanti agar jangan mengundang yang lain untuk ikut datang ke rumahnya. siapakah dia?

sebutlah namanya Prof. D, beliau adalah prototype  padi yang semakin berisi semakin merunduk. saya mulai mengenalnya saat suami terkena sakit parah yang didiagnosa oleh dokter sebagai penyakit radang usus. saat itu suami benar-benar sulit untuk melakukan aktifitas, bahkan berpindah posisipun harus dbantu oleh saya. setelah berobat ke beberapa dokter dan tidak ada hasil yang signifikan akhirnya salah seorang teman merekomendasikan sebuah nama. kabarnya, saudaranyapun yang divonis radang usus dan 6 bulan lagi masa hidupnya akhirnya bisa diselamatkan. berbekal kepercayaan bahwa pengobatannya itu memang medis bukan berbau syirik akhirnya kami datang ke rumahnya. kali pertama, gagal.  karena beliau sudah berangkat untuk bekerja di sebuah RS. lantas kami mencoba lagi hari berikutnya untuk berangkat sebelum shubuh. alhamdulillah bisa bertemu. dan alat ceknya keren, ternyata dunia medis kita sudah setinggi itu (meskipun sayang, gak banyak dokter yang punya). dari alat itu terdeteksi bahwa usus suami saya mengalami penyempitan (yang gak akan bisa dicek dengan dengan rontgen kecil). biasanya, medis kita akan merekomendasikan tindakan operasi besar, namun berdasarkan ilmunya Prof.D ini cukup dengan disuntikkan obat. alhamdulillah setelah 2 kali bolak-balik disuntik suamipun sembuh. alhamdulillah. 

selain suami, anak saya dan keponakanpun sempat ditangani beliau.

singkat cerita...waktu berlalu..dan terdengar kabar bahwa beliau gak praktek lagi. beliau terkena penyakit kanker otak yang sampai sekarang diobati sendiri. alhamdulillah silaturahim kami berlanjut. kami sekeluarga kadang2 suka datang mengunjung beliau, sambil berkonsultasi sedikit tentang kesehatan. dan terkuaklah kecerdasan beliau yang luar biasa...

terlahir dari keluarga biasa-biasa saja...beliau sempat tidak mengenyam pendidikan. bahkan untuk membeli beraspun kata beliau harus jualan dulu es 2 hari. namun alhamdulillah akhirnya beliau memiliki kesempatan untuk sekolah..dan karena kecerdasannya itu... beliau bisa loncat kelas. dan takdirpun menentukan beliau untuk bertemu dengan orang2 yang menyadari kecerdasannya hingga beliau bisa sekolah di farmasi dan kedokteran (meskipun tidak sampai meiliki ijazah kedokteran). ilmunya sungguh luar biasa. selain mengenyam pendidikan medis, beliau juga mendalami ilmu agama hingga sampai sekarang beliau juga dipanggil dengan sebutan ustadz.

sepak terjang beliau di dunia medis tidak perlu diragukan. berkunjung sambil bertugas dan belajar ke 23 negara pernah dilakoninya...hingga beliau tidak hanya memahami cara mendiagnosa dengan alatnya yang super keren (yang katanya bisa dibeli di salah satu RS di Jerman), beliau juga ahli dalam membaca hasil rontgen, melakukan bedah tanpa bius dan mensterilkan obat dari efek samping. pembicaraan dengan Sang Prof tak ada yang sia-sia. setiap kali kami konsul, beliau selalu mengatakan bahwa jangankan salah obat, obat tepatpun jika Allah tidak berkenan menyembuhkan maka tidak akan sembuh. dari beliaulah kami mengenal Allah dengan cara yang berbeda. Allah Yang memang Maha Besar itu terlihat nyata keMahaBesarannya berkat pengajaran dari beliau ini.

ah Prof... alhamdulillah Allah memperkenankan kami mengenalmu.. sehat selalu ya Prof. kami masih kangen dengan ilmu-ilmumu


muridmu

Selasa, 10 Maret 2020

I'm back

I'm Back

judul apa pula itu? emang ke mana saja? :)

yupz, tentu saja saya kembali ke blog ini, yang saya gak tahu apa ada yang baca atau enggak selain saya sendiri, hehe. yang jelas saya kembali untuk menyimpan kembali catatan perjalanan saya di sini. setelah dulu tahun 2017 ceritanya menantang diri sendiri untuk buat tulisan sehari satu (terinspirasi dari filmya julie yang memasak satu hari satu resep, hehe) tapi GATOT alias GAGAL TOTAL. semoga sekarang berhasil ya rabb. 

bismillah...

here we go.

ok. untuk mengawalinya saya mau cerita sedikit tentang peristiwa yang cukup menghantam saya belakangan ini.

berawal dari tanggal 23 februari 2020. 

Sejak jauh-jauh hari saya menandai tanggal itu sebagai tanggal penting. pasalnya, di hari itu anak sulung saya akan melaksanakan tes masuk ke pondok pesantren. rasanya campur aduk banget. meskipun dulu saya juga mondok, melepas anak sendiri rasanya lain. perasaan sedih, haru dan bahagia semuanya jadi satu. so, ketika tanggal itu tiba, kami sekeluarga berusaha memberikan dukungan terbaik dengan pergi mengantar tes. kami berangkat sore hari sebelum hari H agar bisa fresh saat tes di hari Hnya. namun, qadarullah. jangankan fresh, hampir semua anggota keluarga tumbang seketika. perbedaan suhu yang cukup signifikan membuat ketahanan tubuh kami runtuh. saya dan keempat anak dilanda flu berat (batuk, flu dan pusing campur semua). yang mengherankan sakit yang saya rasakan kok lain dari biasanya, yang seharusnya diistirahatkan sebentar membaik...ini kok gak ada perubahan. jadilah setelah mengantar si sulung yang sudah kelihatan moodnya ngedrop gegara flu itu tes, saya diantar oleh suami dan kakak ipar ke klinik. di klinik dokter jaga menduga saya terkena gejala DBD. wah udah gak karuan rasanya. kebayang tugas-tugas sekolah yang bejibun kalau saya sampai kena DBD. tapi mau bagaimana lagi??? kami terima ujian sakit ini. suami mulai nelpon segala yang berkaitan dengan tugas kedinasan saya. bahwa saya harus istirahat bla bla. 

setelah kami pulang ke rumah, semua beristirahat karena sakit yang mewabah di rumah ini. sehari... dua hari semua menunjukkan gejala membaik... kecuali saya. entah kenapa, sakit saat itu bener-bener gak tertahankan. kaki saya berasa lemes, ngilu, tiba-tiba jadi ada mual. males makan dan akhirnya kita memutuskan untuk cek darah ke IGD. hasilnya, darah saya mulai mengental tapi kata cek lab semua normal "katanya". seharusnya saya seneng. tapi kok gak? ya iyalah... mau senang bagaimana? semua hasil normal dari cek darah tapi rasa lemes saya, dingin yang menusuk kok ada? artinya, ada sesuatu di tubuh saya yang gak bisa dicek dengan tes darah. ya Allah, kalau udah kerasa lemesnya itu rasa-rasanya dipeluk kematianpun tak masalah. tapi lantas inget ada buku-buku yang belum dikembalikan, hutang yang belum dibayar. ngeri juga kalau dijemput sekarang oleh Malak Izrail. 

singkat cerita, setelah konsul ke seorang prof di bidang medis dengan sederet cek oleh alat yang keren banget, saya divonis kena masalah di syaraf jantung. mual yang muncul itu karena darah yang kotor tidak terpompa maksimal oleh jantung. katanya, penyakit syaraf ini lebih parah daripada sakit organ jantungnya. wah...rasanya gimana diomongin gitu. apalagi pas dokternya bilang kalau telat sepekan saya udah gak bisa tertolong.. sebab darah akan sudah kental banget, dan apa jadinya semua organ tubuh kalau gak disuplai nutrisi oleh darah? saya bisa lumpuh dan bla bla bla yang intinya tinggal menunggu waktu. ah... lemes banget rasanya denger itu. jadi, sedekat itukah saya dengan kematian? alhamdulillah, secara medis saya masih bisa ditolong. jadilah semalaman saya menginap di rumah sang prof. sebab, katanya syaraf itu tenangnya malam jadi proses pengobatannya akan lebih maksimal jika dilakukan malam hari. dan...serangkaian pengobatan saya jalani. mulai dari mengeluarkan darah kotor, menyiapkan lambung agar siap menerima obat dan proses intinya..pengobatan syaraf yang dilakukan selama tiga tahap dengan jeda setiap 2-3 jam di mana saya gak boleh tidur selama itu. perlahan namun pasti. rasa dingin menusuk hilang, lemas berkurang. dan setelah dicek lagi oleh alat hasilnya sudah aman, tidak ada lagi setrum saat alat itu ditempelkan ke nadi. saya bersujud syukur kepada Allah. 

kejadian itu benar-benar menghantam saya, sebab kata prof.nya, saya udah gak boleh berpikir terlalu keras, begadang harus dihindari plus minum obat batuk yang katanya mengandung kafein apa gitu yang akan melemahkan kerja jantung. intinya, saya gak boleh stress. yupz, here I am. inilah saya yang baru, dengan kematian yang bisa datang kapan saja mencoba untuk memperbaiki kualitas hidup. saya gak tahu, apakah cita-cita saya untuk kuliah s3 akan tercapai, ibadah haji dan umrah, bahkan keliling dunia menelusuri jejak sejaarah. let it flow. semoga persitiwa ini menjadi pengalaman berharga buat saya, bahwa waktu yang tersisa harus benar2 diisi dengan kebaikan. yang penting akhir hidup saya husnul khatimah dan meraih ridha-Nya. aamiin 

catatan: sampai sekarang jantung saya suka terasa berdebar2