Bismillahirrahmanirrahim
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
ahad, 23 agustus tahun 2020, ayahnya anak2 (suami saya) wafat. saya masih ingat betul rangkaian kegiatan kami pada hari itu. Pagi-pagi kami pergi ke pengajian, lalu pulangnya mampir ke tempat menjahit dan mengantarkan anak2 ke rumah neneknya untuk les menggambar bersama ica. setelah itu, saya dan suami berdua saja di rumah. saya melakukan aktifitas membaca, suami menyapu di halaman lalu kami makan siang dan berdiskusi tentang rencana wisuda hafalan di sekolahnya (SMP BPI). setelah makan siang, saya membagi obat pemulihan suami saya sementara beliau menandai kapan obat itu harus habis lalu beristirahat.
Setelah shalat ashar berjama'ah kami melanjutkan bincang2 ringan sambil melihat2 foto anak kami yang paling kecil dan bertanya jam berapa kira2 pulang supaya ayahnya bisa bersiap-siap untuk menjemput. Namun, ternyata suami saya tak pernah bisa menjemputnya. Dalam perbincangan kami yang terakhir, ia terdiam lalu terkulai dari duduknya tak sadarkan diri. saat itu saya mencoba mengguncangnya dan bertanya "ayah kenapa? ayah kenapa?". namun tak ada jawaban. tetiba badannya menelungkup lalu saya refleks meraba jantungnya. saat itu jantungnya berdetak sangat cepat dan keras. sebagai orang awam saya tidak tahu apa yang terjadi, namun saya yakin ada sesuatu yang salah. lantas saya menelepon kedua kakak dan ibu saya.
setelah saya berhasil membuatnya terlentang, saya kembali memeriksa jantungnya. Namun, kali ini hening tidak ada detakan. perasaan saya udah gak karuan aja. lalu saya meletakkan di hidung, untuk mengecek adanya nafas yang berhembus, namun nihil. lalu saya mencoba meraba denyut nadi di tangan sambil gemetaran, namun tak teraba. Pikiran saya langsung mengarah pada kematian. "ayah, apa ayah memang sudah pergi?" saya berucap padanya, sebab jika memang ia sudah wafat, ia akan mendengar saya. "kalau memang sekarang saatnya ayah pulang kepada Allah, bunda ridha. semoga kita bertemu kembali di surga" ucap saya menegarkan diri. setelah itu saya membaca kalimat tahlil dan hauqalah tanpa henti sampai akhirnya kakak saya datang dan kami bersama-sama menuju IGD RS Al-Ihsan. perjalanan yang tak pernah saya lupakan; yang terasa begitu lambat dan saya tak henti bertanya dalam hati "apakah ini nyata? apakah ini nyata?"
singkat cerita, setelah dicek jantung dan garisnya lurus lalu perawat mengucap "Laa Ilaaha Illallah" berulang-ulang dengan keras, saya pun ikut mengucapkannya di telinga suami. Tidak lama kemudian dokter datang dan mengecek lalu mengatakan bahwa suami saya sudah tiada.
apa yang terpikir saat itu? beberapa teman bertanya kepada saya. apa yang saya pikirkan saat tahu suami saya wafat.
saat itu saya memikirkan Malaikat Izrail. ya Allah, ternyata kematian bisa datang kapan saja. jadi selama tadi saya berbincang dengan suami ada Malaikat maut yang siap menjemput ruh suami saya. hanya itu yang saya pikirkan di RS. bahkan saya tidak memikirkan nasib saya dan anak2 setelah ini. saya hanya ingat bahwa suatu saat saya juga akan pulang dan ingat bahwa suami saya kini membutuhkan bantuan saya dan anak2 untuk menambah berat timbangan amal kebaikan.
Hari itu rasanya seperti mimpi, terutama saat2 ketika mobil kami melaju sangat cepat dan suami saya terkulai di kursi dengan digenggam tangan saya.
sesampainya kami di rumah, keluarga dan tetangga sudah berdiri menyambut kami. saya merasa ta'jub luar biasa "ya Allah ayah, bahagianya engkau dengan sambutan luar biasa begini di akhir hayatmu".
ketika masuk ke rumah, anak2 saya menangis, kecuali de fatih yang masih belum mengerti apa2. saya memeluk mereka dan mengatakan "yang terbaring ini bukan ayah. ini adalah jasad tempat ayah dulu pernah tinggal di dalamnya. ruh ayah mungkin ada di sini mendengar kita. bersabarlah. Rasulullah juga yatim sejak lahir. jadi jangan pernah takut. kita berdoa bersama agar bisa bertemu kembali untuk bertemu dengan ayah di surga Allah".
Masyaallah luar biasa, anak2 saya tetiba terdiam. terima kasih ya Allah telah memberikan kepada saya anak2 yang tangguh.
Kini ke-4 anak itu menjadi amanah saya. Semoga Allah membimbing kita selalu.
Semoga Allah menyayangi kita semua
Tidak ada komentar:
Posting Komentar